Laporan/Paper Klasifikasi Musik
Nama : Burhanuddin
NIM : K7108105
Semester/Kelas : 7B
No HP : 085868452311
Kolintang dari Minahasa (Sulawesi Utara)
(Sumber Video: http://www.youtube.com/watch?v=Qn5NyhJYhBI )
Berbagai jenis musik yang dihasilkan oleh berbagai jenis alat musik tersebar di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang luas, mulai dari Sabang sampai Merauke. Sekian banyak jumlah provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia, antara propinsi satu dengan provinsi yang lain mempunyai berbagai jenis musik daerah berbeda-beda pula. Banyak di antara berbagai jenis musik yang tersebar di seluruh bentang wilayah Indonesia yang belum terekspos oleh masyarakat luas. Hal ini dikarenakan rendahnya minat masyarakat Indonesia untuk mengapresiasi musik-musik daerah, sehingga tidak jarang kesenian musik tersebut diakui oleh negara lain. Bukan rahasia lagi jika kesenian dari negeri kita telah diakui oleh bangsa lain seperti kesenian Reog Ponorogo yang telah diakui oleh negara serumpun dengan Indonesia, yaitu Malaysia.
Sekian banyak jenis alat musik yang tersebar di seluruh kawasan nusantara, salah satunya adalah Kolintang. Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar). Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.
Kolintang termasuk alat musik Idiophone, yaitu jenis alat musik yang menghasilkan bunyi dengan cara menggetarkan alat tersebut. Jenis alat musik ini telah ada sejak ribuan tahun lalu seperti, tongkat, batu, tulang, bertepuk tangan, dan juga membunyikan sesuatu seiring dengan lagu atau tari. Ada berbagai macam jenis alat musik ini di Indonesia, selain kolintang ada juga gong, kentongan dan sebagainya.
Jika dilihat dari bahan pembuatannya, kolintang termasuk alat musik Xylophone, yaitu sebuah alat musik dalam keluarga perkusi yang kemungkinan besar berasal dari Slovakia. Instrumen ini terdiri atas batang-batang kayu dalam berbagai ukuran. Untuk menghasilkan suara batang-batang kayu tersebut dipukul dengan pemukul khusus (disebut sebagai malet) yang terbuat dari plastik, kayu, atau karet. Setiap batangnya dibuat untuk menyuarakan nada tertentu. Batang yang lebih panjang akan menyuarakan nada yang lebih rendah, sebaliknya batang yang lebih pendek menyuarakan nada lebih tinggi.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.
Petrus Kaseke,adalah pengrajin kolintang pertama yang memproduksi kolintang untuk tujuan komersial pada tahun 1964,sebagai mata pencaharian penunjang biaya hidupnya selama kuliah di UGM Jogjakarta.
Berbagai usaha dilakukan untuk membuat kolintangnya laku dan memuaskan konsumen,karena sebagai produsen kolintang pertama di Indonesia,pesaingnya bukan sesama pengrajin kolintang tetapi dengan alat musik lain yang bukan kolintang.
Pengembangan pertama adalah membuat wilayah nada (range) alat musik kolintang makin lebar dengan kata lain membuat not melody dengan nada setinggi mungkin dan membuat not bas kolintang mencapai nada yang serendah mungkin yang dapat dicapai oleh wilahan kolintang,dengan mencoba berbagai macam jenis kayu dan ukuran kayu wilahan(bagian atas yang di pukul).
Dari usaha pencariannya selama bertahun tahun mencoba berbagai jenis kayu, mulai dari wilahan kayu kelapa, kayu aren, kayu wilahan sonokeling dan berbagai jenis kayu lainnya, akhirnya didapat kayu waru yang ideal untuk dijadikan wilahan kolintang.
Sekarang rentang wilayah nadanya sudah mendekati 6 oktaf(70 not),sebagai perbandingan rentang nada pada piano mendekati 8 oktaf(88 not).
Pengembangan kedua adalah membuat bunyi(resonansi)yang semakin baik, dengan pemilihan bahan maupun ukuran peti(resonator box) kolintang. Berbagai eksperimen dicoba dengan mengubah-ubah ukuran petinya, mulai dengan memanjangkan, memendekan, meninggikan, menyekat bagian dalam peti, mengisi dengan bahan kedap suara dan usaha usaha lainnya, sampai didapat ukuran peti yang ideal. Tidak berhenti sampai disitu, pemukul kolintang (sticks) dijadikan sasaran eksperimennya, dengan cara memanjangkan, memendekan, merampingkan, mencoba memasangkan bagian kepala (head stick), dengan aneka jenis karet dan variasi ketebalannya. Sama halnya dengan karet pemukul, karet alas wilahan yang asalnya terdiri dari rangkaian karet gelang, sudah dimodifikasi dengan karet kaca mobil yang lebih awet.
Pengembangan ketiga dengan membuat kolintang mudah di pindah pindahkan, dengan tanpa mengurangi kwalitas suara, dengan membuat kolintang lebih ringkas dengan sistim knockdown, serta ukuran peti yang dibuat sedemikian rupa agar peti yang lebih kecil dapat dimasukkan kedalam peti yang lebih besar. Pemilihan jenis kayu yang lebih ringan dan ukuran peti yang disesuaikan dengan kendaraan angkutan juga merupakan pertimbangan,disamping asesories pelengkap seperti roda pada kaki kolintang dan handle untuk memudahkan mengangkat peti kolintang.
Pengembangan ke empat dengan membuat nada kolintang lebih akurat dan lebih stabil, dengan bantuan mesin oven kayu untuk penyesuaian kadar air yang mencapai kekeringan tertentu sehingga akurasi nadanya tidak mudah dipengaruhi cuaca.Untuk mendapatkan nada yang akurat selain dengan kepekaan telinga, juga dibantu dengan alat tuner yang menggunakan sistim komputer.
Pengembangan kelima, membuat penampilan kolintang lebih bagus. Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan finishing yang bagus, dengan tidak sayang mengeluarkan biaya untuk kursus finishing. Sebetulnya ada banyak alternatif finishing alat musik ethnic asal minahasa ini, misalnya dengan finishing kayu batik, atau mengukir peti kolintang, tetapi Petrus Kaseke sampai saat ini lebih memilih finishing yang berkesan simple dan modern seperti pada finishing alat musik piano.
Pengembangan demi pengembangan terus dilakukan sepanjang waktu,bahkan sampai ke hal hal yang kelihatannya sepele, seperti penomoran nada pada wilahan kolintang, melamic wilahan kolintang, cover kolintang, serta sticker kolintang yang memudahkan Petrus Kaseke untuk mengenali kolintang produksinya saat “after sales servis” dan perbaikan alat musik kolintang.
Tantangan selanjutnya yang sedang diperjuangkan adalah membuat kolintang lebih mudah di tune(di stem/diselaraskan nadanya), sehingga pemain kolintang dapat menyelaraskan nada kolintang tanpa bantuan tenaga tuner khusus, seperti halnya menyetem guitar.Yang terjadi sekarang ini, diperlukan kombinasi seorang tukang kayu yang mempunyai tenaga kuat dan seorang pemusik yang mempunyai telinga peka untuk menyelaraskan nada.kolintang.
Harapannya yang besar adalah, membuat kolintang sebagai alat musik Indonesia yang dapat menyebar ke seluruh dunia sebagai alat musik yang popular seperti halnya guitar dan piano,dan dapat di produksi secara massal.Sebagai market leader,produk kolintang Petrus kaseke banyak ditiru oleh pengrajin pengrajin kolintang yang lain.Bahkan lucunya dikota Salatiga Jawa Tengah tempat Petrus Kaseke menetap,beberapa pengrajin kolintang juga menggunakan nama Petrus,bahkan tempat tinggal yang dahulu pernah dihuni Petrus Kaseke,disewa oleh pengrajin kolintang yang lain demi mendapatkan order nyasar.
Petrus Kaseke tidak terlalu memusingkan diri dengan hal hal persaingan usaha tersebut,yang penting terus berkarya mengembangkan kolintang dengan lebih baik. Dengan berjalannya waktu, beberapa pengrajin kolintang yang hanya ikut ikutan mulai gulung tikar atau banting usaha menjadi pengrajin meubel atau industri lainnya. Tak terasa waktu sudah berjalan 57 tahun, sejak Petrus Kaseke (67 th) pertama kali membuat alat musik kolintang, hingga sekarang masih belum berhenti mengembangkan kolintang dan bahkan belum pernah berpaling ke bidang usaha lainnya. Untuk kesetiaan keuletan, dedikasi yang tinggi terhadap pengembangan alat musik kolintang pantaslah kalau Petrus Kaseke dijuluki sebagai Empu Kolintang Indonesia.
A. Nama Pertunjukan
Pertunjukan yang ditampilkan dalam video tersebut adalah pertunjukan Musik Kolintang. Ada empat orang yang masing-masing memainkan satu kolintang.
B. Fungsi Musik
Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama ± 100th.
Sesudah Perang Dunia II, barulah kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya hanya terdiri dari satu melodi dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti gitar, ukulele dan stringbas.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi awal dari penggunaan alat musik kolintang adalah sebagai sarana pendukung dalam upacara-upacara atau ritual-ritual yang berhubungan dengan pemujaan arwah para leluhur, sehingga dapat kita ambil benang merah bahwa kolintang pada awal kemunculannya adalah tergolong alat musik yang berfungsi sebagai sarana ritual.
C. Klasifikasi Berdasarkan Latar Sosial
Berbagai jenis musik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Salah satu klasifikasi musik adalah berdasarkan latar sosial. Berdasarkan klasifikasi yang erat kaitannya dengan latar sosial, musik dibedakan menjadi 2, yaitu:
- Musik kerajaan
- Musik kerakyatan
Jika dilihat dari video yang kami sajikan, alat musik yang digunakan yaitu kolintang dan termasuk ke dalam jenis musik kerakyatan. Pendapat ini bukanlah omong kosong semata , karena ada beberapa argumen yang dapat mendukung pernyataan bahwa kolintang adalah salah satu dari musik kerakyatan, antara lain:
1) Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kolintang. Bahan baku kolintang berupa kayu waru. Kayu ini kualitasnya tidak kalah dengan kayu telur, bandaran, wenang, dan kakinik dari Minahasa. Selain ringan, serat kayunya cukup padat dan membentuk garis sejajar sehingga menghasilkan bunyi yang nyaring. Apabila dilihat dari teknologi yang digunakan, berbeda dengan bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan alat musik kerajaan, jika alat musik kerajaan berbahan baku besi atau sejenisnya yang sudah terpengaruh oleh bahan baku yang digunakan bangsa lain serta teknologi yang lebih maju, maka pembuatan kolintang menggunakan bahan baku yang masih sederhana, berupa kayu waru gunung dan cempaka. Kayu dengan bentuk yang pendek akan menghasilkan tangga lagu yang tinggi. Sebaliknya, kayu yang panjang akan menghasilkan tangga lagu (not) yang rendah.
2) Fungsi Kolintang dalam Masyarakat
Kolintang biasa dimainkan untuk mengisi berbagai acara, seperti pesta pernikahan, penyambutan, pengucapan syukur, keagamaan, dan pada acara pertandingan. Hingga kini, masih banyak pewaris-pewaris budaya yang terus melestarikan Kolintang.
Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan kolintang erat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kolintang dapat diklasifikasikan ke dalam jenis musik kerakyatan.
D. Klasifikasi Musik Berdasarkan Unsur yang Disajikan
Berdasarkan unsur yang disajikan, musik dapat diklasifikasikan menjadi jenis musik vokal, instrumental, dan campuran. Jika kita lihat sajian dalam video tersebut, kolintang dapat dikategorikan ke dalam jenis musik instrumental karena dalam penyajiannya hanya alat musik kolintang saja yang berjumlah empat buah dan dimainkan oleh empat orang, tanpa diiringi oleh suara manusia (penyanyi). Hal inilah yang membedakan dengan jenis musik vokal dan instrumental. Musik vokal hanya menyajikan suara manusia saja tanpa diiringi oleh alat musik, kemudian jenis musik campuran memadukan antara vokal manusia dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat musik, sedangkan kolintang hanya menyajikan suara-suara dari alat musik semata.
E. Klasifikasi Musik Berdasarkan Penyajinya
Berdasarkan jumlah penyajinya, jenis musik dapat dibedakan menjadi 3, antara lain:
Ø Musik tunggal, yaitu musik yang disajikan oleh satu orang penyaji.
Ø Musik ansambel kecil, yaitu pertunjukan musik yang disajikan oleh 2-10 orang penyaji.
Ø Musik ansambel besar, yaitu pertunjukan musik yang disajikan oleh lebih dari 10 orang penyaji
Melihat berbagai uraian di atas, jika kita mencermati video pertunjukan kolintang yang telah disajikan maka kita dapat mengidentifikasi bahwa jumlah pemain dalam pertunjukan tersebut sebanyak empat orang sehingga dapat kita tarik benang merah bahwa pertunjukan musik kolintang dalam video tersebut dapat dikategorikan ke dalam jenis musik ansambel kecil.
DAFTAR ACUAN
“Pelestarian Kolintang| Kolintang ” artikel dalam http://memulai-usaha-1plus.blogspot.com/2011/05/pelestari-kolintang-kolintang.html diakses pada hari Rabu, 14 Desember 2011 Pukul 15.30 WIB
“Luar Negeri Mengagumi Harmino Musik Pukul Kayu” artikel dalam http://mansawplayer.multiply.com/journal/item/21?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem diakses pada hari Rabu, 14 Desember 2011 Pukul 15.30 WIB
“Empu Kolintang Indonesia” artikel dalam http://kolintang.blogspot.com/2009_05_01_archive.html diakses pada hari Rabu, 14 Desember 2011 Pukul 15.30 WIB
“Ansambel Musik” artikel dalam http://thia79.wordpress.com/ diakses pada hari Kamis 15 Desember 2011 Pukul 15.30
“Musik” artikel dalam http://www.indonesiaseoul.org/indonesia/tentangindonesia/music-dance1.htm diakses pada hari Kamis 15 Desember 2011 Pukul 15.30
“Xilofon” artikel dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Xilofon diakses pada hari Kamis 15 Desember 2011 Pukul 15.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar